Kamis, 30 November 2017

Pesan "Nyinyir" Media Sosial


Ketika kita melihat peristiwa atau kejadian pada waktu tertentu, apa yang akan kita lakukan? Mungkin hanya “nyinyir” seperti yang sering saya lakukan ketika menyaksikannya lalu mendiskusikannya bersama kawan-kawan atau hanya diam tak memperdulikan karena tak ada hubungannya dengan kita...

Media sosial memiliki peranan penting di dalam kehidupan jaman sekarang, dengan bertambahnya akses dimanapun seakan merevolusi segala aspek kehidupan mulai dari hal sepele sampai yang terpenting sekalipun.

Tak terkecuali pada berita nasional yang sedang panas-panasnya kita akan mencari tahu dan semakin betambah tahu, alih-alih berita di lingkungan sekitar kita pun kita tak dipedulikan. Berita yang membuat kita penasaran atau mencari tahu juga bisa tentang pribadi atau rumah tangga seseorang sekalipun, sehingga kita bisa lebih tahu mengenai sisi yang lain dari pribadi seseorang yang diberitakan.

Misalnya pada seseorang yang terjerat kasus korupsi besar-besaran, berita yang dicantumkan di media sosial selain membahas fakta-fakta tentang kasus tersebut akan membentuk opini dan sudut pandang kita terhadap orang tersebut menjadi buruk, ya pastinya karena memang perbuatannya yang haram dan membuat kita mengamini sikap yang kita rasa benar.

Atau pada yang terjadi pada kehidupan rumah tangga sekalipun, ketika  kita menyaksikan pemberitaan tentang keluarga yang hancur karena perselingkuhan, maka opini kita akan mengarah ke berbagai macam sikap, mulai dari menghujat laki-laki yang mengkhianati isterinya sampai memberikan simpati kepada sang istri yang diselingkuhi. Bahkan keluarga yang dekat dengan si wanita ketigajuga jadi dibenci, berujung pada citra dan nama baik mereka, dari contoh kasus ini kita ambil contoh bahwa media sosial atau lebih rinci lagi jaringan internet sangat berpengaruh dalam setiap segi kehidupan manusia, sehingga kita sebagai pengguna pun juga ikut terlibat dalam kasus tersebut ibaratnya sebagai tetangga dekat atau sahabat dekat yang memberikan simpati dan empati pada keluarga tersebut, ya walaupun tetangga dekat di samping rumah saja kita tidak tahu bagaimana kabar mereka.


Media sosial adalah ruangan kita dalam memberikan peranan penting di dunia, ketika orang yang aslinya pendiam di dunia nyata, tiba-tiba berubah menjadi ahli “nyinyir” di media sosial, lalu semua orang akan tertuju pada kasus tersebut sehingga kita akan berperan besar melewati komentar-komentar, sehingga bisa saja kita akan memberikan tekanan pada suatu kasus hukum, apakah ini kekuatan rakyat?
Yeahh, bermodal kasus yang unik dan tidak biasa , dengan sifat manusia dari lahir yang mungkin “penggosipan” maka suatu peristiwa yang tidak penting pun akan ikut menjadi besar, dan mungkin suatu komentar opini nitizen akan membuat nama buruk menjadi baik atau mungkin sebaliknya.

Itulah mengapa hoax menjadi merajalela dengan modal judul berita yang menghebohkan dan menggeparkan, karena dengan itu bisa menggiring opini publik dengan tujuan politik. Ya, politik sesuatu yang bisa mengaburkan segala macam sisi duniawi, orang yang terlihat jahat bisa saja dia adalah orang baik, orang yang terlihat baik bisa saja dia memiliki keinginan yang merugikan semua orang, dan media sosial adalah alat yang menggiurkan dari politik tersebut. Apalagi jika tujuan dari politik itu memiliki kepentingan-kepentingan jahat yang membahayakan suatu negara, maka akan banyak masyarakat yang belum matang dalam berdemokrasi akan mudah terbakar dan mempercayai berbagai macam isu yang belum tentu kebenarannya.


Media sosial juga bisa menjadi kekuatan bagi hal-hal baik bagi mereka yang memiliki harapan, dan mencintai kehidupan. Mulai dari saat seseorang memiliki ide yang ingin disampaikan secara utuh melalui tulisan ia bisa menuangkannya di dalam artikel, esai, fiksi dan lain-lain, entah dalam bentuk tulisan apa yang akan dia buat, yang jelas ia akan menyebarkannya lewat media sosial sehingga mata hati orang lain akan terbuka dan menjadi termotivasi dalam bersikap pada suatu hal, atau jika idenya dituangkan dalam foto, film pendek atau vlog, maka pesan ini akan tersampaikan dengan baik karena seperti kita ketahui bahwa akun youtuber-youtuber di Indonesia yang semakin menjamur di situs video terbesar di dunia itu. Ada juga semisal suatu kelompok yang merasa tak mendapat keadilan maka ia bisa saja memberikan unek-uneknya di media sosial yang dengan tujuan mendapatkan dukungan dari warganet agar mereka diberikan dukungan yang bentuknya berbagai macam, tentu saja di jaman sekarang dukungan sosial begitu sangat diperlukan. Ada banyak hal-hal lain yang sebenarnya bisa kita lakukan untuk menyebarkan kebaikan melalui media sosial, yang menjadikan dunia kita tak terbatas dalam melakukan kebaikan hmmm terus mengapa tetap saja uraian mengenai sisi positif dari media sosial ini kalah dengan HOAX?

Yeah, ketika dunia menawarkan kemudahan maka hampir tak kita sadari bahwa kemudahan itu membuat manusia baru terlahir dengan sesuatu yang instan. Media sosial membuat manusia menjadi “manja”, pemalas dan kurang bersosialisasi dengan kenyataan. Mungkin banyak dari kita (termasuk saya :D) yang menjadikan internet untuk hal yang konsumtif, instagram, facebook, twitter, line, whatsapp kita gunakan hanya untuk arena stalk, ajang kepo dan adegan sindiran, yang tentu saja menjadikan waktu kita tidak produktif sehingga kita kurang dalam membuat suatu kreativitas untuk menyebarkan kebaikan menurut diri kita sendiri, akhirnya hanya dengan satu klik kita akan menyebarkan suatu berita yang bernilai heboh dan menggebu-gebu hingga akhirnya berita itu menjadi trend dimana-mana, dari satu manusia menjadi jutaan manusia, dan tentu saja pesan kebaikan kalah dengan pesan “Nyinyir” dan bahkan berita hoax juga ikut menyebar dan mempengaruhi.

Dari semua uraian tersebut membuat media sosial memiliki dua sisi yaitu baik dan buruk, ya hampir segala sesuatu di dunia ini diciptakan “baik” dan “buruk”, yang membuat manusia kembali ke sesuatu yang mengharuskan yaitu “memilih”, ada baiknya ketika kita memilih kita memikirkan apa dampak baik dan buruknya yang akan kita lakukan dalam artian sebenarnya adalah berpikir matang, maka tidak lain adalah melakukan hal yang baik sebelum terjadi penyesalan, itu mencakup juga pada hal-hal sepele sekalipun semacam menyebarkan berita-berita, membuat opini yang bisa mempengaruhi kehidupan orang lain.

Kembali ke asal manusia itu berasal yaitu Sang Pencipta mengajarkan kita untuk mengikuti kehendak-Nya yang bernilai kebaikan mutlak di kehidupan, oleh karena itu iman kita bukan hanya sebagai agama mungkin adalah sesuatu yang harus kita pegang dan peluk sehingga membuat kita teringat akan pesan kebaikan itu, dan satu kebaikan bisa saja meneduhkan api keburukan.

Adams Sophiano

Tidak ada komentar:

Posting Komentar