Jumat, 21 April 2017

Menebar Inspirasi di Petuk Ketimpun





Inspirasi bisa datang dari siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Secara tidak sengaja kami dari Tim Bantuan Medis Tingang Menteng FK UPR menemukan keistimewaan di sebuah perkampungan pinggiran Kota Palangka Raya yang sekarang maju secara pesat. Berawal dari pencarian kami untuk menemukan tempat yang cocok untuk mengadakan bakti sosial di tempat yang tidak jauh dari pusat kota, awalnya kami menemukan tempat yang memiliki kandidat yang kuat seperti Pahandut Seberang, Flamboyan, bahkan Mendawai, namun karena tempat tersebut sudah sering kami jangkau, kami ingin menemukan tempat lain yang lebih baru untuk kami singgahi, akhirnya kami menemukan tempat yang lumayan menarik yaitu Petuk Katimpun, Kelurahan yang berada di lingkar luar Kota Palangka Raya menuju Kabupaten Katingan.
Awalnya kami harus mengenal dulu tempat ini agar tempat ini memang layak untuk menjadi tempat bakti sosial, karenanya kami bertanya kepada Ketua RT mengenai keadaan yang ada di Kelurahan ini khususnya di pemukiman penduduk pinggiran Sungai Rungan. Nah, Ketua RT I Petuk Ketimpun sebut saja Pak Iyul, pertama kami berbincang mengenai keadaan penduduk dan kesehatan di daerah ini yang ternyata agak lumayan menarik jika ditelisik karena setiap hujan deras turun warga selalu kebanjiran. Pak Iyul ini sangat ramah dan cenderung terbuka dan antusias dengan kegiatan yang akan kami laksanakan di tempat ini.
Kemudian kami bersepakat untuk memilih tempat ini sebagai tempat yang akan kami gunakan untuk mengadakan baksos TBM Tingang Menteng, singkat cerita kami harus mencari tempat atau ruangan yang cocok untuk mengadakan kegiatan ini awalnya kami memilih di SDN Petuk Ketimpun kemudian beralih ke Pustu Petuk Katimpun, namun ada satu tempat yang direkomendasikan oleh Bapak Iyul sekaligus memberikan saya kekaguman di tempat ini, yaitu Ransel Buku, sebuah Rumah baca dan belajar tempat anak-anak di Petuk Katimpun melakukan kegiatan-kegiatan positif yaitu mulai dari membaca buku dongeng, mendaur ulang barang bekas, bahkan belajar menari daerah. Ferry Irawan adalah pengelola dan pengajar di Rumah Belajar ini, sebut saja Bang Ferry yang mempersilakan kami melihat-lihat ruangan yang ada di dalam rumah kecil ini, di dalam hati saya merasa kagum sekaligus senang karena menemukan tempat yang indah ini dimana generasi kita akan terus dibina menjadi manusia yang produktif. Dan disinilah kami melaksanakan kegiatan bakti sosial dimana kami bekerja sama dengan pihak senat dan dokter-dokter yang menjadi dosen kami di Fakultas Kedokteran UPR.
Tanggal 27 November 2016 adalah acara itu dilaksanakan dan juga berakhir dengan puas, namun hubungan saya dengan Petuk Katimpun tidak berakhir disitu saja, saya kadang-kadang masih sempat mengunjungan Rumah Ransel Buku ini yang kemudian saya sedikit menguak bagaimana kisah Bang Fery yang bercita-cita mulia menjadi seorang pengajar di Ransel Buku. 


Mbak Aini dan sebagai Founder Ransel Buku dan Bang Feri sebagai pengelola dan pengajar Ransel buku
di Kelurahan Petuk Katimpun
Sumber Foto dari Facebook

Berangkat dari keprihatinan Bang Ferry terhadap kemunduran sosial generasi muda yang semakin hari semakin menyedihkan terlihat dari waktu yang digunakan oleh siswa SD di perkampungan tersebut untuk melakukan hal yang negatif dan membuang-buanng waktu, dengan dibantu oleh rekan aktivis sosial dan juga sebagai pemandu wisata di Kota Palangka Raya sebut saja Mbak Aini berangkat dari rasa prihatin dengan kondisi masalah kompleks di desa sekitaran Palangka Raya yang menyebabkan tertinggalnya kesejahteraan sosial di daerah, melihat secara khusus dalam bidang pendidikan yang merupakan pondasi masa depan bangsa ketika berbicara pendidikan tak terpisahkan dengan minat baca, tentu saja sangat penting untuk menumbuhkannya sejak dini dengan buku-buku beragam dan berkualitas. Buku-buku ini seharusnya bisa diakses dengan mudah, sehingga tujuan untuk memupuk minat baca anak sejak dini bisa terlaksana. Namun dengan banyaknya faktor yang memperlambat pemerataan pembangunan di desa-desa kecil tersebut, peningkatan minat bacapun akan menjadi tugas yang panjang dan berliku.
Mbak Aini pun bekerja sama dengan Bang Ferry yang memiliki visi yang sam akhirnya bisa membangun Rumah Ransel Buku hingga sekarang ini di Petuk Ketimpun selain melaksanakan kegiatan membaca juga melakukan berbagai macam kegiatan mengasah kemampuan pelestarian lingkungan, belajar seni budaya, meningkatkan kesadaran cinta tanah air dan masih banyak lagi, dan sekarang makin banyak yang berdatangan ke Petuk Ketimpun tepatnya Ransel Buku ini untuk “membantu” Bang Ferry dalam mendidik atau bersosialisasi mengenai berbagai macam ilmu dan bakti sosial termasuk yang dilakukan kami TBM Tingang Menteng FK-UPR, dan semua itu yang terus terang membuat hati saya kagum dan jatuh cinta dari pertama kali melihat tempat ini, itulah mengapa sampai sekarang saya masih menyempatkan diri untuk mengunjungi desa ini hingga sekarang. 
 Ransel Buku, Bang Ferry, Anak-anak kampung, bahkan Petuk Katimpun berhasil membuat saya terinspirasi melihat ada harapan dari majunya peradaban dunia yang tak sebanding dengan majunya moralitas. Bagaimana cara kita agar bahagia yaitu melihat orang yang kita sayangi bahagia, siapa orang yang kita sayangi ? kalau memang kita orang yang katanya beragama siapapun yang Ia ciptakan adalah patut untuk kita sayangi, bagaimana melihat mereka bahagia yaitu dengan memberikan yang terbaik untuk mereka yaitu salah satunya dengan PENDIDIKAN. Yup, itulah salah satu yang dilakukan oleh Bang Ferry bersama Rumah Ransel Buku-nya.

Silakan berkunjung ke Desa Petuk Katimpun...
Adams Sophiano

Selasa, 04 April 2017

Garis Waktu (Bagian 3-Habis)

Apa yang membuat kita hidup ?
Apa yang membuat kita terus sanggup ?
Apa yang membuat kita meyambung asa ?

Harapan...

Buah kasih nan indah Sang Kuasa
Yang Ia turunkan ke dunia
Untuk membangunkan kita dari duka

Kita tinggalkan duka masa lampau
Karena harapan selalu memeluk jiwa yang remuk
Kita relakan yang tak mampu kita miliki
Karena hati yang hancur akan dibentuk lagi olehnya

Bangun dan percayalah
Harapan membuatmu tak berjalan sendiri
Masa yang indah telah terlewatkan
Manisnya kenangan tak bisa kita pungkiri
Membuat kita tak mudah berlari tuk lupa

Dan...

Masa sekarang bukanlah yang dulu lagi
Bersama harapan kau relakan dia, kita dan mereka
Bersama harapan besar yang kita susun
Masa depan akan kau nanti
Meski entah dia baik atau buruk
Dirimu sekarang adalah titiknya
Membentuk garis waktu
...karena masa depan adalah Kemungkinan
Adams Sophiano
Palangka Raya, 4 April 2017
Jika kau adalah takdirku
Kemanapun kau pergi
Maka kau akan kembali kesini