Sabtu, 27 April 2019

Antara Belum Move On atau Sengaja Menolak Move On




Didalam kehidupan ini tidak ada seseorang pun yang mampu untuk "Move On"
Hmm, mungkin ada dari kalian yang tidak setuju, ya aku tidak melarangnya, kok
Sejak pertama kali kata "Move On" ini populer, banyak mendefinisikan bahwa orang yang Move On adalah seseorang yang bisa melupakan kejadian gagalnya menjalin hubungan dengan kekasih atau mantan kekasih di mas yang sudah lampau, apakah benar kita bisa melakukan hal itu, jawabannya bisa asalakan kita mengalami amnesia atau hilang ingatan, apalagi jika hubungan itu sangat manis di kehidupan kita, partikel terkecil dari kenangan kita akan tetap menyatu dengan kehidupan kita paling tidak selalu berkeliaran di bawah pandu saksi bisu kenangan itu.
Dari kata "Move On" saja kita sudah bisa menerjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia artinya "Berpindah" bukan "Melupakan", hiyaaaaa,, apakah kamu sudah berpindah dan melanjutkan hidup? itulah yang ditanyakan oleh si kata "Move On" ini. 

Apalagi menyangkut sejarah Indonesia yang masih menjadi isu kekinian saat ini....

Akhir-akhir yang lalu kita menemui banyak sekali menyeruak isu-isu komunis yang bangkit lagi di zaman sekarang, banyak dari kita seakan Indonesia akan berperang melawan PKI, suatu partai politik masa lalu kelam Indonesia.
Semenjak Panglima TNI kita tercinta Jenderal Gatot Nurmayanto mengajak seluruh warga negara Indonesia untuk menonton film Pengkhiantan G30 S/PKI yang sempat tayang pada jaman orde baru, pertanyaannya adalah mengapa kita harus menonton film yang kebenaran seluruh film ini dipertanyakan?, yang berhasil membuat kita benci dengan saudara kita sendiri yang berpaham komunis?, apakah kita sengaja dibikin untuk “Menolak Move On” dari masa lalu yang abu-abu.
September 2017 adalah bulan yang heboh dengan isu-isu PKI, tokoh-tokoh kontra-pemerintah pun menyerang dengan pemerintah yang pro-PKI, itu pun menjadi pertanyaan apakah karena Presiden kita yang pernah difitnah keturunan PKI yang notabene adalah urusan politik ataukah mereka benar menyerang karena murni mencium adanya kebangkitan paham yang menganut sistem hak sama rata ini.

Mari kita simak dulu :
Komunisme adalah sebuah paham yang menekankan kepemilikan bersama atas alat-alat produksi (modal, tanah, tenaga kerja) yang mempunyai tujuan terwujudnya masyarakat yang makmur, masyarakat komunis tanpa kelas dan semua orang sama.

Komunis juga paham yang tidak mengakui adanya Tuhan, tidak mengakui hak individu dan semua kepemilikan dipegang oleh pemerintah.
Dari sini sudah jelas bahwa paham komunis tidak cocok ada di Indonesia terlepas dari banyaknya peran tokoh-tokoh komunis atas lahirnya Republik Indonesia, namun Pancasila tetaplah ideologi yang cocok dengan keberagaman di Nusantara.

Perlu diketahui bahwa banyak pemberontakan yang dilakukan oleh organisasi selain PKI sebelum terjadinya tragedi 1965 seperti Pemberontakan PRRI/Permesta, dan DII/TII. Mengapa kita hanya ingat G30S yang diduga dilancarkan PKI, kalau memang ingin mengenang saktinya Pancasila. Tanyakan saja pada mereka yang duduk di petinggi orde baru. Apakah memang karena murni membela Pancasila atau sebagai alat politik orde baru.

Bagaimana nasib Komunis sekarang di Dunia?
Komunisme sudah runtuh, sahabatku, bagaimana mungkin komunis bangkit di Indonesia kalau tidak ada kekuatan sama sekali di Dunia contoh saja keruntuhan Uni Sovyet dan Korea Utara lalu Negara Tiongkok walaupun masih memegang ideologi Komunis namun sistem ekonomi mereka adalah menganut Kapitalisme, menurut saya sebuah negara  ditengah kapitalisme dan liberisme yang semakin gencang ini, ekonomi tidak akan menjadi besar bahkan untuk bertahan saja sulit. Di Indonesia sudah pasti bakal ditangkap oleh pihak hukum karena di Indonesia adalah PKI adalah partai terlarang, oleh karena itu isu PKI ini adalah isu khayalan yang tujuannya adalah menggiring isu politik ke Bapak Presiden Indonesia

Move On,
Disini daripada kita membicarakan masalah ideologi yang sudah usang dan sangat sensitif untuk diperbincangkan, aku ingin mengajak kita untuk belajar Move On atau lebih ingin ku sebut “Harus Melanjutkan Hidup”

Sejarah memang tak selamanya menyuarakan kebenaran terkadang sejarah hanya alat oleh kekuasaan untuk membersihkan nama dan ambisinya. Apalagi ketika kita membicarakan suatu tragedi berdasar pada jaman revolusi Indonesia dulu, sangat abu-abu, dan memiliki ribuan pertanyaan yang besar dan berantakan, yang cukup kita lakukan sekarang adalah belajar untuk tetap menjaga Ke-Pancasila-an di Indonesia yang sudah digali dari berbagai macam keberagaman di Indonesia.

Move On itu susah ? Akui itu apalagi jika ada banyak pertanyaan di masa lalu yang harus kita jawab dan ingin kita telusuri, namun ternyata ada yang lebih penting lo dari semua yang menyangkut masa lalu yang sudah usang dan penuh ilusi itu yaitu Masa Depan Bangsa kita, berbicara manusia baru Indonesia ke depan mengelola sumber daya di Indonesia yang bermanfaat bagi Bangsa dan Negara bahkan Dunia adalah sesuatu yang brilian, daripada hanya sekedar ideologi yang bahkan sudah mati bahkan kadaluarsa di dunia (How to be North Korea), tantangan Indonesia semakin besar, kalau kita hanya sibuk membahas masa lalu ya jangan harap masa depan kita akan terjamin, keadilan memang harus ditegakkan apalagi kalau berbicara mengenai Hak Asasi Manusia perlu tenaga dan waktu yang lama dan kompleks pastinya.

Bagaimana apakah kamu siap melanjutkan hidupmu? 
Atau masih berkutat dengan isu-isu ilusi kenangan dengan si dia dan kejadian buruk di hidupmu?

Ayo Move On, dengan cara menyibukkan dirimu berkarya dengan sesuatu yang ada di sekitarmu

GERAKAN MOVE ON INDONESIA



Sabtu, 20 April 2019

Ambisi "Bucin" Pilpres yang Melelahkan


Kompetisi...



Sekali lagi kita berbicara mengenai kehidupan, bahwa kehidupan penuh dengan kompetisi, sebetulnya aku juga bingung bagaimana mendefinisikannya ketika kehidupan berisi keinginan, cita-cita bahkan ambisi yang kadang mengganggu satu fokus dalam kehidupan kita.
Ada satu filsuf yang mengatakan bahwa tujuan kehidupan kita adalah kebahagian bahwa ketika setiap keinginan kita bisa tercapai, kalau menurut pemikirankusendiri tidak menyangkal akan hal ini, bahwa ketika kita keinginan kita tercapai bahwa disitulah letak kenyamanan kita untuk hidup, namun bagaimana jika keinginan itu tidak terbatas? Jika keinginan kita sudah tercapai, pasti ada keinginan lain yang harus kita capai.

Berbicara mengenai Isu Politik saat ini...
Pemilu sudah selesai ya, banyak orang ingin pemilu cepat berlalu yang sudah berlangsung tahapannya sejak September 2018 lalu, namun bagiku sendiri, aku sebenarnya tidak ingin suasana ini cepat berlalu, karena aku sangat senang ketika melihat masyarakat semakin terdidik untuk berdemokrasi dan menjadikan mereka memiliki sikap nasionalisme yang tinggi, walaupun di satu pihak situasi ini sangat berisiko terjadinya perpecahan bangsa ini.
Namun, suasana politik di negara yang sudah selesai melaksanakan pemilu lima tahun sekali ini belum juga kondusif, ada satu pasangan calon presiden yang mengaku menang secara sepihak atas dasar perhitungan cepat internal mereka, yang membuat para pendukung di Indonesia melalui media sosail ikut berkomentar negatif terhadap KPU, lalu kubu yang lainnya juga ikut berkomentar terhadap kubu yang mengklaim kemenangan ini, akhirnya isu perpolitikan bukannya menjadi dingin malah semakin panas.

Prabowo Subianto adalah orang hebat dan seorang patriot sejati, ada banyak prestasi yang ia peroleh saat menjadi prajurit, dan sangat disayangkan jika dengan ambisinya menghancurkan citra dirinya sendiri dan juga demokrasi Indonesia saat ini, yang kita butuhkan saat ini adalah jiwa patriot Bapak Jendral Prabowo untuk membuat suasana pasca pilpres menjadi kondusif, tidak memperkeruh suasana dengan mengklaim sepihak kemenangan yang menurutnya sudah terjadi. Ada banyak orang yang mencintaimu Pak Prabowo termasuk saya walaupun pandangan kita berbeda.

Teringat sewaktu kecil ada kejadian yang mirip dengan kondisi bangsa ini, ketika semasa kecil saat itu aku bermain bulutangkis bersama teman-temanku, ketika itu aku kalah dalam kompetisi itu, karena tidak terima kalah, aku menuduh temanku bermain curang, sehingga walaupun aku kalah tetap saja aku ngotot bahwa temanku bermain curang walaupun sudah ada wasit yang melihat, dan kompetisi itu berujung pada pertemanan kami yang longgar pada saat itu, sehingga tak sadar aku mengorbankan kesenangan dan persahabatan dengan teman-temanku, memang begitu melelahkan, sudah kalah dalam pertandingan tambah lagi karena emosi merasa dicurangi, alhasil aku dilarang bermain bulutangkis lagi saat itu. Namun pada akhirnya aku mengakui kekalahan dan kesalahanku tidak lama setelah itu.

Kompetisi memang melelahkan ya, kita sudah berjuang mati-matian dengan segala tenaga bahkan menghalalkan segala cara sampai-sampai bisa jadi menjadi bucin, sehingga kekecewaan pun datang saat hasil itu tidak sepantasnya kita dapatkan menurut kita.
Jika kita tidak menerima akan kekurangan itu, maka ego kita pun beranjak naik ke permukaan, kita menganggap orang lain bermain curang, tidak sportif bahkan bisa jadi SISTEM itu yang kita salahkan.

Hidup ini penuh dengan kompetisi, ada berbagai macam kompetisi yang kita temukan di dunia bahkan tumbuhan pun bisa ikut berkompetisi, pada saat kita bertani padi selalu ada tumbuhan liar dan benalu yang membuat padi itu kehilangan potensi tumbuhnya, apalagi pada manusia dan hewan. Sangat kompleks yang terjadi pada saat manusia berpolitik, yang kita perlukan dalam berpolitik adalah kedewasaan, apa sebenarnya tujuan berpolitik itu ? Apakah untuk ambisi berkuasa, menambah jaringan keuangan kita, atau menjadi terkenal ?. 
Suatu Negara bernama Indonesia memiliki cita-cita luhur yang digagas oleh Pendiri Bangsa kita pada pemikiran untuk mendirikan sebuah negara, sehingga dibutuhkan pemimpin yang dipilih secara demokrasi oleh rakyatnya sendiri, dalam berdemokrasi, kedaulatan berada di tangan rakyat, siapapun yang dipilih adalah Pemimpin rakyat itu walaupun dipilih berdasarkan perolahan mayoritas dari rakyat di negara itu, oleh karena itu siapapun yang bersedia menjadi calon pemimpin rakyat harus siap untuk menang dan siap untuk kalah, bayangkan saja ketika seseorang jika tidak siap kalah yang hanya siap menang, apa yang terjadi jika dia kalah, dari lawannya, sistemnya, semuanya akan disalahkannya, sehingga pendukungnya pun ikut-ikutan memperkeruh suasana, padahal ada yang lebih penting dari sekedar menang dan kalah dalam demokrasi yaitu Cita-cita Bangsa Indonesia yang harus segera dikerjakan.

Begitulah yang terjadi di Indonesia sekarang ini, kecurangan dalam pemilu pasti selalu ada dan tidak terhindarkan, oleh karena itu ada mekanisme hukum yang harus dijalani jika ada kecurangan itu, jika tidak cukup bukti, lapang dada lah yang akan mengakhirinya.
Indonesia negara besar dan kaya, terlalu sayang jika selalu digiring ke dalam perpecahan, lihat bentang dari Sabang sampai Merauka ya walaupun aku sendiri belum pernah menjelajahinya.

Aku sangat mengerti ketika berada pada suatu perkumpulan yang memiliki banyak tubuh dan jiwa, akan selalu sulit untuk diminta mengerti karena disetiap manusia selalu ada perbedaan pendapat dan kepentingan, lalu apa yang harus kita lakukan sebagai bangsa yang besar, sungguh berat memang memikirkannya, sudah jelas lebih gampang ketika kita memikirkan isi perut untuk hidup daripada memikirkan keutuhan sebuah negara. Kesadaran lah yang harus dimiliki oleh sebuah bangsa, sadar bahwa kita sudah terlalu lama mendebatkan hal yang kurang penting, sadar bahwa kita terlalu jauh tertinggal, sadar bahwa kita masih terjajah gengsi, maka inilah tugas seorang negarawan, politikus, influencer, selebritis, kepala rumah tangga dan budak cinta!

Selasa, 09 April 2019

Bucin-isme dan Konstelasinya di Alam Semesta


“Dasar Bucin”
“Si Bucin mulai beraksi, coy”

Apakah hal ini sama dengan fenomena Bucin?

Ku tuliskan tulisan yang tidak berguna ini bersama riuhnya petir dan hujan diluar sana menertawakan aku dalam kegabutan ini...
Tertawalah hujan biarlah aku menuliskan kata-kata yang membawaku pada wajah-wajah yang menyadari betapa bodohnya mereka menjadi seorang Bucin dan juga betapa bodohnya aku menuliskan artikel yang tidak berfaedah ini..


Bucin
Atau Budak Cinta
Di zaman post-modernisasi ini kita semakin menemukan banyak istilah-istilah absurd yang menjadi pop-culture di kalangan anak-anak muda yang melek teknologi.

Apa itu Budak Cinta?
Menurut berbagai rujukan yang saya telusuri dari berbagai artikel tidak ilmiah di Internet

Bucin atau singkatan dari Budak Cinta adalah manusia-manusia yang (maunya) romantis, tapi dengan daya berpikir nalar di bawah rata-rata. Dalam istilah kasarnya adalah bahwa Manusia menjadi bucin adalah seseorang yang mau melakukan apa saja untuk pasangannya bahkan sampai perlu mengorbankan apa saja agar bisa membuat pasangannya bahagia, atau lebih kasar lagi Manusia yang hanya terlahir untuk membahagiakan pasangannya.

Menurut pandangan saya sendiri, seseorang bucin adalah seseorang yang sedang mengalami perasaan cinta namun memaksakan dirinya untuk berbuat berlebihan agar sang pasangan merasa bahagia, dan seolah-olah si bucin ini melakukan pengorbanan yang luar biasa padahal dirinya sendiri menjadi korban itu sendiri.

Mereka yang menjadi Budak Cinta adalah mereka yang merasa senang dengan kehidupan percintaannya, apalagi dengan playlist romantis di Joox dan Spotifynya membuat ia merasa melayang dengan keberadaannya dan siapapun yang mengomentarinya bakal di omelin balik oleh si Bucin.

Fenomena seperti ini banyak terjadi pada seseorang yang nalar berpikirnya kurang matang, menjalani hubungan dengan pengorbanan atas nama mencintai namun tidak menyadari bahwa hubungan tidak melulu soal keterikatan antara dua manusia saja.
Dan ketika dia ditegur akan kebodohannya tersebut alih-alih sadar ternyata malah kita kena amukan seorang bucin.
Dasar bucin...

Lalu apa yang mempengaruhi fenomena bucin ini, kalau menurut diri saya sendiri ada berbagai faktor yang menyebabkan seseorang menjadi bucin, 2 hal diantaranya adalah lingkungan dan media sosial. Dua hal ini adalah faktor paling berperan dalam merubah seseorang rentan menjadi bucin, kita bisa melihat bagaimana lingkungan yang kita lihat sehari-hari khususnya pada anak-anak muda yang pembicaraan sehari-hari tidak lepas dari ke-julid-an tentang hubungan berpacaran dan kehidupan pribadi seseorang, apalagi menyangkut keretakan sebuah hubungan yang membuat siapapun mendengarnya bisa saja menjadi takut kalau hubungan yang ia jalani juga demikian, sehingga seseorang yang memiliki hubungan tersebut akan melakukan apa saja demi sebuah hubungan tersebut. Media sosial juga seperti itu,, sehari-hari di Instagram, Facebook, Twitter dan Youtube, yang paling pertama dan hangat dibahas adalah lagi-lagi tentang masalah percintaan dan asmara apalagi dengan meme-meme jomblo dan berlebihannya qoutes-qoutes percintaan yang membuat makna cinta mengalami pergeseran, dari situ saja mungkin sudah bisa menjadikan manusia-manusia terbentuk benih-benih bucin seseorang tersebut, hmmmm...

Dalam bercinta memang kita tidak mengenal alasan atau maksud tersendiri, cinta bisa saja diluar nalar dan tumbuh begitu saja, namun dalam bercinta juga membutuhkan sebuah logika yang menjadikan manusia tetap manusia yang memiliki akal untuk melanjutkan hidup yang semestinya..

Lalu, apakah bucin itu salah?
Kalau menurut diri saya sendiri, bucin tidak sepenuhnya salah dalam berhubungan, namun yang menjadi masalah pada sebagian orang adalah mereka akan merasa miris karena mereka bisa kehilangan seorang sahabat atau teman yang dulunya bersama mereka namun pada saat dia menjadi bucin akhirnya mereka seolah kehilangan dirinya.

Lalu untuk saya sendiri apa masalahnya?
Saya tidak mempermasalahkan siapapun yang menjadi bucin yang penting ia tidak mengganggu kehidupan saya dan orang lain, silakan menjadi bucin sesukamu, yang menjadi masalah adalah ANDA WARGA-WARGA BUMI YANG SELALU MERASA BENAR DALAM BERKOMENTAR, YANG SELALU NYINYIRIN KEHIDUPAN ORANG LAIN DAN  MEMPERMASALAHKAN KEHIDUPAN ORANG LAIN DAN MENJADIKANNYA LELUCON BAGI TEMAN-TEMAN ANDA.

Di lingkungan saya sendiri, Bucin menjadi bahan candaan yang sebenarnya tidak valid, sedikit-sedikit dibilang bucin, sehingga bucin mengalami pergeseran makna dari melakukan sesuatu yang ekstrim menjadi sesuatu yang receh.


Sumber : https://mojok.co/apk/rame/list/5-ciri-ciri-bucin-alias-budak-cinta/


Tertawalah hujan biarlah aku menuliskan kata-kata yang membawaku pada wajah-wajah yang menyadari betapa bodohnya saya menuliskan pandangan tentang Bucin ini, ya lebih baik kita membicarakan mengenai Pilpres yang sebentar lagi akan berlangsung, fenomena pilpres ini juga menjadi trend perbincangan yang selalu muncul dimana-mana, namun bukan diskusi mengenai politiknya yang menjadi perbincangan namun yang malah hangat-hangat dibicarakan adalah pertengkaran maya antara 2 pendukung yang suci kandidat pemilu, jujur, saya memang pendukung salah satu paslon yang akan melaksanakan pemilu yang ditunggu-tunggu ini, namun saya bukanlah pendukung yang “norak” membela mati-matian orang yang didukung, karena sama saja kita memberikan martabat kita hanya untuk orang lain mengenai debat kusir yang isinya hanyalah kekosongan semata, dan akhirnya dengan apa yang saya tulis ini saya juga sadar “kok, pendukung paslon-paslon ini hampir sama ya dengan orang yang menjadi budak cinta seorang pasangan, melakukan apapun untuk seorang yang ia anggap segalanya baginya”

Lalu, pikiranku pun berhenti sampai situ saja, biarlah kehidupan terus berjalan, yang aku nantikan adalah bagaimana hujan akan turun, lalu kemudian ada matahari menyinari setelahnya, sambil aku memandang foto seorang perempuan yang membuat aku melakukan segala cara untuk mendapatkan dan membahagiakannya....What?? Dasar Bucin!!


Selasa, 02 April 2019

Cerita yang Tersembunyi (Seberkas kisah Dayak Dusun Karau)



(Berdasarkan kisah pernelusuran Rico Irwanto, dkk)










Memandang dunia ini ada berbagai macam cara melakukannya...
Dengan menikmatinya tanpa harus melakukan sesuatu yang mengusik kenyamanan hidup kita, menjalani yang sudah tergaris pada kehidupan kita.
Atau..
Menelusuri sesuatu yang lain, tersembunyi, bahkan bisa saja itu bisa mengusik kenyamanan kita..

Adalah kami, yang memiliki jiwa penjelajah dan rasa penasaran yang tinggi
Kami menelesuri tempat ke tempat yang memiliki keunikan tersendiri padanya
Sehingga kami berpikir...

Apa yang membuat suatu tempat menjadi unik dan menarik untuk diketahui?
Barangkali ada bermacam-macam pendapat dari orang-orang di jaman post-modern ini, namun ada satu yang tak bisa kita pungkiri adalah “Cerita”
Mungkin cerita itu berupa legenda, gosip, rumor, atau fakta yang hangat bisa menjadi daya tarik bagi setiap manusia yang ingin mengetahuinya.
Begitulah barangkali gambaran bagi kami pada suatu wilayah di pedalaman Kalimantan Tengah, yang juga menjadi tempat kami lahir dan kami tinggal sekarang ini, yaitu bernama “Kabupaten Barito Timur”, tak banyak orang-orang di dunia ini mengenal tempat ini, jauh di pedalaman kalimantan yang terkenal dengan lebatnya hutan yang mengampar hijau, dan lengkungan pegunungan yang menyimpan sumber daya yang tersembunyi, namun kami menyadari bahwa masyarakatnya memiliki beragam cerita yang unik, dan menarik untuk ditelusuri, apalagi cerita itu “tersembunyi” dan jarang untuk didengungkan di lingkungan luar, mungkin menjadi kebanggaan sendiri bagi sang penemu yang memberitakan kepada siapapun yang belum mengetahuinya.

 

Apa yang terlintas bagi kamu tentang Suku Dayak?
Kami banyak mendengar penilaian orang luar tentang suku terbesar di Pulau Kalimantan ini, yaitu “Seram dan memiliki mitos yang tinggi bahkan ‘Pemakan Manusia’
Barangkali kami tidak peduli apa yang orang nilai terhada kami suku dayak, namun yang kami tahu pada dasarnya, Suku Dayak sangat beragam di Indonesia khususnya yang menempati wilayah Daerah Aliran Sungai Barito, yaitu Kabupaten Barito Timur, mungkin banyak yang menyangka bahwa seluruh Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Kalimantan Selatan ini, semua masyarakatnya beretnis subsuku Dayak Maanyan, namun pernyataan itu tidak sepenuhnya benar, karena di sebagian daerahnya ada suku dayak lain yaitu Dayak Dusun dan Dayak Lawangan, ketiga suku mereka ini memang serumpun, namun sebenarnya ada banyak perbedaan mulai dari bahasa, dialek, dan adat budayanya.
Salah satunya adalah Suku Dayak Dusun Karau
Kami menelusuri ini di sebuah desa bernama Lampeong, Kecamatan Pematang Karau, Kabupaten Barito Timur, dimana letaknya berada diantara diantara Kota Buntok dan Kota Ampah dan Tamiang Layang, dan hampir 300 km jaraknya dari Kota Palangka Raya, ibukota Provinsi Kalimantan Tengah.


Pada awalnya desa ini dihuni oleh penduduk Dusun Karau dan Lawangan lebih dari 5 generasi yang lalu, namun keberadaan mereka mulai tersingkirkan karena letak geografis yang tidak menguntungkan. Penutur bahasa karau yang masih aktif tidak lebih dari 10 orang dari kurang lebih 950 jiwa dan hanya dipergunakan oleh satu garis keturunan.

Dusun Karau adalah salah satu suku dayak yang mendiami perairan Sungai Karau, anak Sungai Barito. Suku ini memiliki kemiripan bahasa 80% dengan dusun witu dan 90% dengan Bahasa Dayak Dusun Pakoe. Dialek yang biasa diakhiri dengan akhiran ‘u/o’ menjadi salah satu ciri rumpun Dayak Dusun di Barito Timur.


Kita semua tahu, bahwa Bahasa memiliki keakraban dengan kehidupan sehari-hari dan erat kaitannya dengan adat dan budaya yang diwariskan pendahulu kita, namun...

Tahukah kalian, bahwa Dusun Karau berada dalam kepunahan? Sama seperti bahasa Pakoe. Kami sendiri telah bertemu dengan penutur bahasa Karau yang berada di Desa Lampeong, Kecamatan Pematang Karau, Barito Timur.

Biyeti (Itak Pilla) adalah penutur tertua Suku Dayak Dusun Karau, memiliki 3 orang anak dan 6 cucu, beliau masih tetap aktif menggunakan Bahasa Karau serta masih memeluk kepercayaan leluhur Agama Daholo (Kaharingan) Sebagai penduduk asli Lampeong, Itak bercerita tentang banyak hal yang pernah di jalani sejak masih kecil sampai perubahan zaman dimasa sekarang. Dilahirkan dari keturunan wadian Ngundrus Iya (Balian asli Dusun Karau) dan wadian Bawo dari sang ayah, serta dibesarkan dari keturunan Bijaju (ibu) yang masih memegang erat tradisi Bdeder dan Badewa.


Sekarang, penutur Bahasa Dayak Dusun Karau semakin terlupakan. Mereka hanya berada pada beberapa wilayah adat di antara 2 Kecamatan (Pematang Karau dan Dusun Tengah), yakni : Lampeong, Lebo, Bantai Karau, Moloh, Asak, Batu Putih dan beberapa bantai lainnya. Tidak ada data lengkap yang dapat kami terima, namun selama setahun pencarian ini penutur Bahasa Dusun Karau tidak lebih dari 150 orang. Dan semakin tahun selalu mengalami penurunan.

Terlupakan merupakan kata yang sangat tidak enak bila didengungkan pada kenayataan, dan jika hanya sebatas kenangan, akan ada penyesalan yang ada pada perasaan yang ditinggalkan atau tertinggalkan


Lantas, siapa yang kita salahkan?
Orang tua, Pemerintah, Masyarakat Adat, atau Lembaga Adat Dayak yang semua seolah tutup mata tentang hal ini.
Menurutmu?