Sabtu, 20 April 2019

Ambisi "Bucin" Pilpres yang Melelahkan


Kompetisi...



Sekali lagi kita berbicara mengenai kehidupan, bahwa kehidupan penuh dengan kompetisi, sebetulnya aku juga bingung bagaimana mendefinisikannya ketika kehidupan berisi keinginan, cita-cita bahkan ambisi yang kadang mengganggu satu fokus dalam kehidupan kita.
Ada satu filsuf yang mengatakan bahwa tujuan kehidupan kita adalah kebahagian bahwa ketika setiap keinginan kita bisa tercapai, kalau menurut pemikirankusendiri tidak menyangkal akan hal ini, bahwa ketika kita keinginan kita tercapai bahwa disitulah letak kenyamanan kita untuk hidup, namun bagaimana jika keinginan itu tidak terbatas? Jika keinginan kita sudah tercapai, pasti ada keinginan lain yang harus kita capai.

Berbicara mengenai Isu Politik saat ini...
Pemilu sudah selesai ya, banyak orang ingin pemilu cepat berlalu yang sudah berlangsung tahapannya sejak September 2018 lalu, namun bagiku sendiri, aku sebenarnya tidak ingin suasana ini cepat berlalu, karena aku sangat senang ketika melihat masyarakat semakin terdidik untuk berdemokrasi dan menjadikan mereka memiliki sikap nasionalisme yang tinggi, walaupun di satu pihak situasi ini sangat berisiko terjadinya perpecahan bangsa ini.
Namun, suasana politik di negara yang sudah selesai melaksanakan pemilu lima tahun sekali ini belum juga kondusif, ada satu pasangan calon presiden yang mengaku menang secara sepihak atas dasar perhitungan cepat internal mereka, yang membuat para pendukung di Indonesia melalui media sosail ikut berkomentar negatif terhadap KPU, lalu kubu yang lainnya juga ikut berkomentar terhadap kubu yang mengklaim kemenangan ini, akhirnya isu perpolitikan bukannya menjadi dingin malah semakin panas.

Prabowo Subianto adalah orang hebat dan seorang patriot sejati, ada banyak prestasi yang ia peroleh saat menjadi prajurit, dan sangat disayangkan jika dengan ambisinya menghancurkan citra dirinya sendiri dan juga demokrasi Indonesia saat ini, yang kita butuhkan saat ini adalah jiwa patriot Bapak Jendral Prabowo untuk membuat suasana pasca pilpres menjadi kondusif, tidak memperkeruh suasana dengan mengklaim sepihak kemenangan yang menurutnya sudah terjadi. Ada banyak orang yang mencintaimu Pak Prabowo termasuk saya walaupun pandangan kita berbeda.

Teringat sewaktu kecil ada kejadian yang mirip dengan kondisi bangsa ini, ketika semasa kecil saat itu aku bermain bulutangkis bersama teman-temanku, ketika itu aku kalah dalam kompetisi itu, karena tidak terima kalah, aku menuduh temanku bermain curang, sehingga walaupun aku kalah tetap saja aku ngotot bahwa temanku bermain curang walaupun sudah ada wasit yang melihat, dan kompetisi itu berujung pada pertemanan kami yang longgar pada saat itu, sehingga tak sadar aku mengorbankan kesenangan dan persahabatan dengan teman-temanku, memang begitu melelahkan, sudah kalah dalam pertandingan tambah lagi karena emosi merasa dicurangi, alhasil aku dilarang bermain bulutangkis lagi saat itu. Namun pada akhirnya aku mengakui kekalahan dan kesalahanku tidak lama setelah itu.

Kompetisi memang melelahkan ya, kita sudah berjuang mati-matian dengan segala tenaga bahkan menghalalkan segala cara sampai-sampai bisa jadi menjadi bucin, sehingga kekecewaan pun datang saat hasil itu tidak sepantasnya kita dapatkan menurut kita.
Jika kita tidak menerima akan kekurangan itu, maka ego kita pun beranjak naik ke permukaan, kita menganggap orang lain bermain curang, tidak sportif bahkan bisa jadi SISTEM itu yang kita salahkan.

Hidup ini penuh dengan kompetisi, ada berbagai macam kompetisi yang kita temukan di dunia bahkan tumbuhan pun bisa ikut berkompetisi, pada saat kita bertani padi selalu ada tumbuhan liar dan benalu yang membuat padi itu kehilangan potensi tumbuhnya, apalagi pada manusia dan hewan. Sangat kompleks yang terjadi pada saat manusia berpolitik, yang kita perlukan dalam berpolitik adalah kedewasaan, apa sebenarnya tujuan berpolitik itu ? Apakah untuk ambisi berkuasa, menambah jaringan keuangan kita, atau menjadi terkenal ?. 
Suatu Negara bernama Indonesia memiliki cita-cita luhur yang digagas oleh Pendiri Bangsa kita pada pemikiran untuk mendirikan sebuah negara, sehingga dibutuhkan pemimpin yang dipilih secara demokrasi oleh rakyatnya sendiri, dalam berdemokrasi, kedaulatan berada di tangan rakyat, siapapun yang dipilih adalah Pemimpin rakyat itu walaupun dipilih berdasarkan perolahan mayoritas dari rakyat di negara itu, oleh karena itu siapapun yang bersedia menjadi calon pemimpin rakyat harus siap untuk menang dan siap untuk kalah, bayangkan saja ketika seseorang jika tidak siap kalah yang hanya siap menang, apa yang terjadi jika dia kalah, dari lawannya, sistemnya, semuanya akan disalahkannya, sehingga pendukungnya pun ikut-ikutan memperkeruh suasana, padahal ada yang lebih penting dari sekedar menang dan kalah dalam demokrasi yaitu Cita-cita Bangsa Indonesia yang harus segera dikerjakan.

Begitulah yang terjadi di Indonesia sekarang ini, kecurangan dalam pemilu pasti selalu ada dan tidak terhindarkan, oleh karena itu ada mekanisme hukum yang harus dijalani jika ada kecurangan itu, jika tidak cukup bukti, lapang dada lah yang akan mengakhirinya.
Indonesia negara besar dan kaya, terlalu sayang jika selalu digiring ke dalam perpecahan, lihat bentang dari Sabang sampai Merauka ya walaupun aku sendiri belum pernah menjelajahinya.

Aku sangat mengerti ketika berada pada suatu perkumpulan yang memiliki banyak tubuh dan jiwa, akan selalu sulit untuk diminta mengerti karena disetiap manusia selalu ada perbedaan pendapat dan kepentingan, lalu apa yang harus kita lakukan sebagai bangsa yang besar, sungguh berat memang memikirkannya, sudah jelas lebih gampang ketika kita memikirkan isi perut untuk hidup daripada memikirkan keutuhan sebuah negara. Kesadaran lah yang harus dimiliki oleh sebuah bangsa, sadar bahwa kita sudah terlalu lama mendebatkan hal yang kurang penting, sadar bahwa kita terlalu jauh tertinggal, sadar bahwa kita masih terjajah gengsi, maka inilah tugas seorang negarawan, politikus, influencer, selebritis, kepala rumah tangga dan budak cinta!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar