Minggu, 02 November 2014

Fr. LAMBERT, MY MASTER OF DORM

Ada banyak suka dan duka saat aku tinggal di Asrama Whilhelmus Banjarmasin, semasa aku bersekolah di SMA Don Bosco, aku menyadari karena aku jauh dari orang tua, aku harus bisa  merubah sikap kekanakanku, aku mulai mengenal dunia. dan termasuk di asrama , teman-temanku menganggap asrama ku ini adaah penjara hahaha mungkin karena sering di dalam dan tidak boleh keluyuran apa-apa harus minta ijin. namun menurutku asrama adalah istana sederhana bagiku tempatku belajar berbagi.
aku mengenal teman-temanku, ada banyak perbedaan diantara kami, termasuk juga penjaga asrama kami, penjaga asrama kami adalah seorang Frater (biarawan dalam agama katholik), ada satu frater yang sangat aku kagumi yaitu Fr. Lambert.
Pagi itu Fr. David selaku kepala biara kelayan dan juga kepala sekolah SMA kami mengumumkan akan ada pengganti Fr.Stanislaus sebagai pemimpin asrama kami, yang bernama Fr.Lambertus Kato'o dari Yogyakarta, Fr.David bilang ke kami bahwa orang ini tegas dalam membimbing kami di asrama nantinya, serentak dalam benakku penasaran semakin mendalam, aku ingin sekali bertemu dengan Frater ini. Seminggu setelah pengumuman maka datanglah Fr. Lambert dan mulai berkenalan dengan kami anak asrama Whilhelmus Banjarmasin, 180 derajat yang ku kira beliau berwajah sangar dan pemarah ternyata frater ini sangat ramah dan murah senyum, terlalu lembut untuk asrama senakal kami :D, dan beliau pun mulai berkenalan dengan kami semua ternyata beliau adalah orang Timor bukan Flores looo...
Di dalam memimpin asrama yang aku lihat dia sangat tulus dalam membimbing kami anak asrama dia begitu dekat dengan kami, sehingga menyentuh hatiku. Pada saat itu sehabis belajar malam biasanya Jam 9 aku pergi ke ruang Frater untuk menanyakan sesuatu kepada beliau, dan setelah mendapat penjelasan, kami pun tiba-tiba berbicara tentang hal-hal yang lainnya, aku pun ditantang Frater untuk mengemukakan cita-citaku, nah dari sinilah aku pun mulai berpikir serius tentang cita-cita di masa depan, yang sebelumnya aku tidak peduli akan cita-cita, Frater bilang kalau aku harus punya cita-cita dan keteguhan hati agar aku bukan saja menjadi orang dewasa yang menumpang di dunia tetapi berkarya untuk Tuhan dan sesama, sontak aku pun memberikan jawaban kepada Frater aku masih bingung dan aku punya mimpi menjadi seorang pemimpin yang besar, Frater mulai memberiku sebuah gambaran kepemimpinan, bahwa kepemimpinan bukan saja tentang berwibawanya seorang pemimpin tetapi bagaimana dia bisa peduli dan bekerja melayani sesama, dan dari semenjak itulah aku terus berpikir apa yang aku lakukan untuk masa depan yang harus kutentukan sendiri, selama 3 malam aku berpikir tiap malam, akhirnya aku menemui Frater Lambert yang ku anggap sebagai ayah kedua ku di asrama, aku ingin menanyakan bagaimana bisa orang mempercayakan aku agar bisa menjadi seorang pemimpin, Frater dengan senyuman khasnya menjawab bahwa aku harus selalu berada dekat dengan masyarakat saat mereka membutuhkan pertolongan, hatiku ternyata belum puas aku terus mencari apa sebenarnya pemimpin dan juga cita-citaku kelak...

Frater Lambert saat berfoto dengan saya dan seorang Frater dari Belanda 8 September 2012

Sejak itulah ternyata Frater menanamkan jiwa yang teguh dalam diriku, aku pun mulai menyukai beliau, banyak juga teman-temanku yang sependapat dengan aku, walau ada sedikit yang tidak menyukainya karena beliau menuntut kedisiplinan, lagi-lagi itu karena teman-temanku masih berpikir kekanak-kanakan, padahal Frater Lambert aku lihat sangat merangkul dan baik apalagi dengan keramahannya, marah saja hanya 2 kali kalau aku hitung selama tinggal di asrama..
Namun hari yang sangat mengejutkan datang ternyata Frater yang sangat aku sukai ini di putuskan untuk pindah tempat pekerjaan dari pusat Biarawan di Yogyakarta, dia dipindahkan ke Siantar, Sumatra Utara, tentu saja hatiku sangat sedih karena sikap beliau yang sangat bersahaja bahkan tak hanya aku saja  keberatan tapi para Frater di Biara tempatku sekolah juga mengatakan demikian. dan tibalah saatnya beliau harus pergi dan terbang ke Medan, dan aku pun berkesempatan untuk mengantar sampai Bandara di Banjarbaru, disitulah puncak keberatan hatiku, aku menyayangkan cepatnya kepindahan Frater ke Sumatra dan sebelum beliau masuk ke ruang tunggu aku berpelukan dengan beliau, dan kutitip pesan agar selalu mengingat kami di Asrama St.Whilhelmus Banjarmasin. masa jabatan Frater Lambert di asrama hanya 1 tahun lebih dan itu sangat singkat walaupun ada penggantinya bernama Frater Robby tetapi tetap saja aku merindukan Frater Lambert.
Namun sekarang sampai aku kuliah kami masih berkomunikasi lewat HP ternyata Frater tidak berubah tetap ramah dan bersahaja..
Selamat berkarya Frater Lambert , aku pasti akan selalu mengingat pesanmu... ^^