Sabtu, 20 Juni 2015

Isi hati untuk "Tumpuk Natat"

Hi guys.. wah lama nih aku gk nongol disini aku pun tak tahu mungkin karena lagi malas, atau memang krna blm terlalu berminat dan lain sebagainya, tetapi paling mungkin adalah krna blm dapat inspirasi utk menulis blog ya hmmmm.. okee langsung saja ya... kali ini aku pengen membahas tentang sebuah permasalahan yg disepelekan oleh sebagian besar dari masyarakat asli tempat asalku, nah mungkin tulisan ini  bisa disebut tulisan kritik atau apalah terserah ya guys mau mentafsirkan apa , tapi ini adalah ungkapan hati dari seorang anak asli "pedalaman" kalimantan...

chek it out..


tak terasa ya umurku sudah semakin bertambah (walaupun para fansku bilang mukaku tetap kaya anak-anak hahaha...) semakin bertambah umur pasti makin banyak hal-hal di dunia ini yang membuat mata kita terbuka dan bisa membuat kita menjadi seorang yang memiliki pandangan berbeda tentang isi di dunia ini termasuk permasalahan-permasalahan dari lingkup sekecil yg gak terlalu nampak sampai pada masalah-masalah yang besar dan bila kita biarkan (red: menjadi penonton) akan semakin membesar, contoh dari masalah besar di dunia ini adalah Korupsi , nepotisme, terorisme dan apalah itu tapi kali ini aku gak mau membahas hal-hal yg sulit utk diterjemahkan.. hahaha kali ini aku akan membahas masalah-masalah kecil tapi dampaknya juga gak kalah besar lhooo..


Terkhususnya utk daerah tempat kelahiranku tercinta di Barito Timur... ada banyak hal lucu yang terjadi di "tumpuk natat" ---> sekarang coba kita tengok sebagian besar penduduk di Barito Timur dan Barito Selatan adalah suku Dayak maanyan dan seharusnya mereka sebagai penduduk asli dayak maanyan bisa berbahasa dayak maanyan, entah itu karena mereka merasa malu, atau beranggapan gak keren atau apalah ... bukti itu cukup dikuatkan oleh kisah kecilku ini "pada suatu hari ada teman aku di bbm yang aku tahu adalah orang dayak maanyan tetapi waktu aku chat dlm bahasa maanyan dia membalas chat aku memakai bahasa banjar sontak disitu saya merasa sedihh ehh saya merasa canggung tetapi kemudian aku tanya kepada dia apakah dia bisa bahasa maanyan, dia menjawab saya ngerti2 aja tapi gak bisa berbicara soalnya dari kecil diajarkan bahasa banjar" nah disitu aku memaklumi tetapi aku baru sadar setelah aku gak sengaja menyelidiki di daerahku khususnya kawasan minipolitan seperti Tamiang Layang, Ampah, Buntok, Taniran, dan sekitarnya sebagian besar anak-anak, remaja, dewasa memang memakai bahasa non-pribumi, hal itu menurut aku sangat disayangkan karena ada baiknya sebagai orang yg dilahirkan dari warga Dayak maanyan yang seharusnya dibangga2kan mengapa tidak memakai bahasa pribumi ya untung2lah utk memperkenalkan budaya orang dayak maanyan jika ada remaja2 yg mau sekolah keluar, atau sekedar utk melestarikan budaya sendiri karena menurutku melestarikan budaya itu gak hanya soal tari-tarian, permainan tradisional, lagu-lagu daerah , dan lain sebagainya, tetapi hal yg paling penting menurutku adalah bahasa sehari-hari mengapa ? karena dari bahasa kita mengenal identitas pertama seseorang dan jika kita ingin membangun daera kita yang pertama-tama yg harus kita bangun adalah budaya asli kita dan hal itu kurang menurutku jika bahasa daerah asli kita lahir saja kita tak bisa menggunakannya sehari-hari dengan orang tua, saudara-saudara dan lain-lain, oke saya terima jika itu adlah hak kita sebagai WNI utk menggunakan bahasa indonesia atau bahasa lainnya tidak salah, tetapi kita harus ketahui juga bahwa kita tak boleh melupakan sedikitpun daera kita juga karena itu identitas kita... patut dicontoh dari suku-suku lain seperti dayak ngaju di Palangkaraya atau DAS Kahayan-Kapuas yang fasih menggunakan bahasa mereka walaupun berada di kota-kota besar atau warga Jawa yang juga menggunakan basa Jawa sebagai basa sehari-hari walaupun berada jauh dari asal mereka, sehingga suku-suku dari daerah lain pun familiar terhadap Jawa, dan juga begitupun seperti Batak, Bali, Melayu, dll. Telusur demi telusur ada beberapa penyebab yang sangat disayangkan menurut saya.. sebagian besar orang tua yang adalah asli suku dayak maanyan mengajarkan kepada anak-anak mereka yang masih balita menggunakan bahasa indonesia, selain itu juga banyak kalangan dari remaja kita terpengaruh budaya luar yang tidak ketolongan sehingga mereka "telan mentah-mentah" yang menurut mereka sangat keren, dari situ saya pun berpikir dalam hati kalau ini dibiarkan lama kelamaan bahasa dayak maanyan hanya tinggal sisa cerita sejarah, generasi yang akan datang tidak pernah tau bagaimana bahasa dayak maanyan itu sendiri.. dan kita sebagai anak muda dayak maanyan jangan pernah membiarkan itu terjadi, nah sebelum terlambat guys yang lagi baca terkhususnya Anak Dayak Maanyan atau Barito sekitarnya ayoo kita lestarikan bahasa daerah kita bahasa nenek moyang kita Nansarunai, dengan berbahasa dayak maanyan dengan sesama suku kita atau jika mau ajarkan kepada teman-teman kita dari suku yang lain, bagi orang tua kita juga kita ajarkan anak- anak kita budaya daerah khususnya bahasa daerah , dan yang paling penting semua teknologi yang berasal dari luar jangan mentah-mentah kita ambil karena lama-kelamaan semua itu akan menghabiskan kekayaan kita budaya kita ...

Nah guys walaupun aku lihat sebagian anak muda di daerahku tidak mau berbahasa dayak maanyan tetapi masih ada kok banyak di daerahku khususnya masuk ke desa- desa di Barito yang masih fasih menggunakan bahasa dayak maanyan (seperti aku :D) itulah mengapa aku menulis ini agar tidak terlambat aku melakukan hal-hal sekecil ini. sayangkan kalau budaya yang asli dari daerah diwariskan oleh nenek moyang dari Nansarunai (kerajaan dayak maanyan). semoga tulisanku ini bermanfaat jika ada komentar dan lain-lain silakan tulis dikolom ya... dan juga kalau mau belajar bahasa dayak maanyan silakan hubungi aku okeee guys



3 komentar:

  1. sip. bujur iru. nimpan ada waway seharusni naan kamus "bahasa maanyan"

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih komentar ni, amun puang hala naan hengauku ngari kamus ni ru

      Hapus