Selasa, 13 Maret 2018

Burung yang jatuh cinta pada langit




Aku yang menatap penuh senyum selalu menatap pohon – pohon di belakang istana kecilku...

Adalah seekor burung kecil yang baru lahir dari telurnya yang putih nan tak berdosa, sendirian di dalam sarangnya, seraya menantikan induknya datang, namun di hari lahirnya ke dalam dunia itu induknya tidak pernah menampakkan sedikitpun dari keberadaannya, keadaan yang sangat disesali ketika seseorang datang, yang lainnya seketika itu juga pergi...
Sang Burung yang baru lahir, menjalani kehidupannya sendirian di sarangnya pada pohon yang sangat tinggi

Kemudian ia menengadah ke langit, terheran-heran ketika melihat birunya langit dihiasi awan yang bergerombol,

“Apakah ia ibu ku?”

Langit itu tiba-tiba mengeluarkan kehangatan kepada sang burung malang itu, seketika itu juga ia jatuh cinta...

“Ia ibuku!”

Dengan bahagia burung itu menikmati kehangatan seperti yang ibu lainnya lakukan pada saat bayi baru lahir...

Namun, bahagianya luntur ketika langit itu tiba-tiba berangsur menjadi gelap gulita, sang burung sedih, marah dan kecewa, ia menangis sendirian di sangkarnya

“Ibu, mengapa engkau meninggalkan ku?”

“Aku butuh kehangatan, aku sendiri disini, dingin, bu... dingin!”

Namun, setelah lama kelamaan, langit itu pun kembali terang, yang awalnya dingin kemudian berubah menjadi hangat semakin hangat

Burung kecil itu kembali bahagia

“Ibu, aku tahu kau kembali, aku mencintaimu, bu”

Ia kembali terheran ketika dari langit ada banyak titik air turun ke tanah yang juga mengenai sarangnya

“Ibu, apakah kau akan membunuhku?”

“Apakah ibu marah kepadaku?”

Sang burung kembali bersedih...

Namun ternyata ia tidak mati ketika terkena banyak air yang jatuh ke bumi, alih-alih merasakan kesakitan, ia malah merasakan pertama kali namanya segar dan sejuk
Pengalaman pertama kali hari itu ia tutup dengan berlapis warna-warni yang ada di langit

“Ibu, apakah itu hadiah untukku?”

“Terimakasih ya , ibuku, aku sangat mencintaimu”

Sang Burung Kecil tumbuh bersama langit yang ia cintai, ia menjadi burung kecil yang dewasa, ia juga mulai berhubungan dengan burung yang sejenis dengan yang lainnya

Satu hal yang ia herankan mengapa ia tidak pernah mendengarkan ibu yang ia cintai tersebut berbicara padanya, pernah sang langit bersuara namun hanyalah suara yang tak ia mengerti

Sang burung mulai bertanya-tanya, mengapa ia memiliki bentuk ibu yang berbeda dengan yang sejenis seperti dirinya

Sang langit tetap terdiam......

Kala itu sang burung berubah karena banyak pertanyaan berkecamuk dalam pikirannya membuat sebuah keraguan dalam dirinya

“Kalau memang kau adalah ibuku, setidaknya berbicaralah kepadaku, tunjukkan cintamu kepadaku, ibu”

“Mengapa kau membiarkan aku larut dalam pertanyaan yang menyiksaku seperti ini”

Namun, langit tak pernah sekalipun berbicara kepadanya apalagi menjawab pertanyaan sang burung itu

“Ternyata benar seperti kata sahabatku, bahwa kau bukan ibuku, ibuku yang sebenarnya sudah lama pergi”

“Dasar bodoh, ternyata kau penipu, aku membencimu”

Sang burung kemudian pergi menjauh , ia tidak pernah lagi memanggil langit dengan panggilan ibu, bahkan ia melupakan apapun yang terjadi dengan burung kecil dan langit tersebut.

Ya, burung itu kembali jatuh cinta kepada burung seperti dirinya, yang bisa ia ajak bicara, yang bisa ia ajak bertukar pikiran, ia sama sekali melupakan sang langit yang menemaninya hidup tersebut

Walau sang langit selalu menatap sang burung dengan burung lainnya dalam diam.

Namun, tak disangka burung lain yang ia cintai tersebut kembali menghilang, ya  pergi meninggalkan sang burung.

Sang burung bertanya sambil menangis dan menangis sepanjang hari

Dalam kelam harinya ia menyesal mengapa ia harus jatuh cinta pada orang yang akhirnya meninggalkannya

Burung itu merasakan patah hati, ia pun sempat berpikir untuk mengakhiri hidupnya

Tak ada satupun yang menemaninya, bahkan sahabat-sahabatnya pun tak ada yang perduli

“Mungkin keberadaanku di dunia ini adalah kesalahan ibu yang melahirkanku, sampai – sampai ibu meninggalkanku ketika aku lahir”

Dan seketika rintik hujan membasahi sang burung tersebut...

Serentak sang burung kembali menengadah ke langit, ia tersenyum dan semakin tersenyum, ia tertawa ketika sang air membasahi dirinya yang terluka

Sang burung terharu, ia merasa bersalah, ia juga pernah meninggalkan sang langit yang selalu menemani tanpa sedikitpun lelah...

“Ibu.....”

“Maafkan aku, aku menyesal telah membencimu”

Walaupun langit itu selalu diam, namun sang burung tahu bahwa sang langit berbicara melewati diamnya yang tak berujung

Sang burung menikmati derasnya air yang turun seketika itu ia sadar bahwa ia sudah memiliki sesuatu yang berarti....

Yaitu Kehidupan dan Cinta...

Bersama derasnya air langit, tiba-tiba suara dari kejauhan mengejutkan sang burung

“Anakku......!!!!!”

...................................................................

Adams Sophiano

Tidak ada komentar:

Posting Komentar