"Is she with you ?"
begitulah ucapan Superman kepada Batman ketika melihat pertama kali muncul sang Putri Amazon "Wonder Woman" untuk membantu mereka melawan Doomsday di salah satu scene Batman V Superman tahun lalu, entah mereka merasa takjub atau heran dengan kedatangan Wonder Woman yang hidup abadi tersebut.
Selama 2 tahun sejak diumumkan akan ada debut
film Wonder Woman di layar lebar, saya mungkin salah satu orang yang paling
menanti film ini tayang. Jadi akhirnya pada tanggal 31 Mei adalah hari
penantian itu, dan wow filmnya sangat
tidak mengecewakan apalagi dipadukan dengan aktris Gal Gadot yang memerankan
Putri Hippolyta ini. Berikut adalah review film Wonder Woman setelah saya
menonton bersama teman-teman kampus saya.
Cerita dimulai dari Diana Prince Sang
Wonder Woman yang hidup di jaman modern tepatnya setelah peristiwa di “Batman V
Superman”, dimana dia mengingat kembali dirinya pada saat pertama kali menjadi
seorang Pahlawan Dunia.
Scene berlanjut ke masa kecil Diana yang
tinggal di sebuah wilayah atau pulau yang ditempati oleh semua kaum wanita
Amazon, konon tempat tersebut diciptakan oleh Zeus untuk melindungi dunia.
Diana adalah seorang Putri dari Ratu Hypolita yang ketika kecil memiliki niat
untuk menjadi seorang pejuang Amazon namun selalu dilindungi dan diberi
perhatian khusus oleh Ibunya sendiri sang Ratu Hippolyta karena Diana adalah
cinta terbesar dan dia takut kehilangan putri yang sangat dia sayangi, oleh
karena itu Ia tidak diijinkan untuk dilatih menjadi prajurit Amazon oleh
Ibunya, namun karena diyakinkan oleh Antiope, Jenderal Prajurit Amazon yang
melatih Diana secara diam-diam, akhirnya Diana bisa berlatih menjadi prajurit
bahkan lebih keras dari prajurit lainnya, dan pada momen itu ia mendapatkan
potensi dalam dirinya.
Cerita semakin menarik ketika datang
seorang mata-mata Inggris yang jatuh di laut pulau Themyscira dikuti oleh
Prajurit Jerman yang menyerang Themyschira sehingga menimbulkan perang antara
Prajurit Amazon dan Prajurit Jerman, kedatangan Kapten Steve Trevor sebagai
mata-mata inggris membawa belenggu peperangan ke Pemimpin Amazon, yang semakin
menarik hati Diana untuk menghentikan Perang yang didalam perasaannya adalah
Perang ini dipicu oleh Ares sang Dewa Perang, anak kandung ayah mereka Zeus
yang membelot.
Diana bersikukuh ingin pergi ke Dunia luar
untuk membawa misi menghentikan perang dengan mengalahkan Ares karena ia yakin
yang memicu peperangan ini bukanlah manusia namun karena Ares ini sendiri,
walaupun sempat ditentang oleh Ibunya sendiri, Diana diijinkan pergi dengan
membawa Godkiller pusaka Amazon dan Baju kebesaran Amazon.
Cerita kemudian dilanjutkan dengan Diana
yang berada di dunia luar dan mulai menyesuaikan diri dengan banyak manusia di
London, dimana dia diperkenalkan dengan berbagai macam situasi politik dan perang yang besar
yaitu Perang Dunia I. Diana menjadi semakin tahu apa permasalahan di dunia
sekarang membuat dia semakin mantap berada di garis terdepan perang dunia ini
untuk melawan Ares. Namun dia berseberangan dengan Kapten Steve yang lebih
berfokus pada menghentikan upaya Jenderal Ludendorff da Doctor Poison untuk
membuat gas pemusnah massal di Jerman, walaupun akhirnya Kapten Steve berjanji
membantu Diana untuk menuju garis terdepan perang tersebut, nah disinilah
pergolakan emosional dari pameran di dalam film dimainkan yang mengajak
penonton untuk merasakan apa yang dirasakan Diana dalam menentukan sikapnya
bila berhadapan dengan perang besar yang membunuh jutaan orang yang tidak
bersalah.
Alhasil ketika Diana mengikuti
keyakinannya dalam menghadapi Dewa Perang “Ares”, iya pun terjebak di kenyataan
bahwa kemungkinan manusia sendirilah yang memicu perang bukanlah berdasarkan
mitos atau sejarah yang diceritakan kaum Amazon, namun ketika akhirnya dia
berhadapan dengan Ares yang tiba-tiba menemuinya kembali pikirannya yang pun
dimainkan oleh jawaban Ares mengapa dia memusuhi manusia yang diciptakan
Ayahnya Zeus bahwa manusia memiliki keburukan yang besar dimana wujud
sempurnanya adalah seperti Dr.Poison, Diana pun hampir menyerah namun dia
terinspirasi dengan pengorbanan Kapten Steve yang mati karena mencegah gas
pemusnah masal, bahwa walaupun manusia memiliki keburukan didirinya namun di
sisi lain mereka masih punya banyak kebaikan, dengan kekuatan cinta dan
keyakinan Diana, Ia berhasil mengalahkan Dewa yang kekuatannya pun bisa mempengaruhi
petir.
Well, menurut saya film ini sangat
menakjubkan, baik dari sisi drama, cerita dan action walaupun secara editingnya
masih agak harus diperbaiki, dan yang membuat saya mencintai sebuah film adalah
dari segi filosopi yang disiratkan oleh film tersebut. Film ini juga menawarkan
sejarah dari mitologi Yunani walaupun hubungan film dengan mitologi tersebut
masih sebatas fiksi namun sangat menarik untuk disimak, serta salah satu yang paling saya nantikan adalah backsound di film ini dimana DC dan WB memiliki ciri khas musik latar yang keren dan menggelegar sehingga mengiringi emosi penonton yang dibuat mengikuti alur cerita apalagi ternyata sound "Is she with yoy" kembali di mainkan di film ini walaupun "Hans Zimmer" tidak lagi duduk sebagai komposer saat menciptakan backsound tersebut di Batman v Superman, dan tentu saja film ini
juga unik karena disutradarai oleh seorang sineas perempuan sekaligus film yang
dibuatnya juga adalah karakter wanita wah sangat jarang terwujud di film-film
blockbuster dan juga pastinya mengangkat tema “emansipasi wanita”.
Sebagian dari teman nonton, 31 Mei 2017 |
Selamat Buat DC akhirnya kalian
mematahkan anggapan kritikus bahwa DC tidak akan berhasil di layar lebar
setelah melihat Batman V Superman dan Suicide Squad yang jatuh dengan ratting
yang dibawah rata-rata.
Saya sebagai penyuka segala jenis film menjamin film ini tidak mengecewakan, semuanya selamat menonton.
Adams
Sophiano