Bersama Wakil Ketua DPRD Kabupaten Barito Timur yang juga Sutradara dari film Siung Mangkuwungan |
Tanah air kita
memiliki beragam legenda daerah yang sangat menarik untuk dianalisa, bagi
penikmat budaya daerah pasti sangat bangga jika etnis mereka diangkat menjadi
sebuah film.
Kebetulan saya
adalah berasal dari Barito Timur dan pecinta budaya Dayak Maanyan sebuah
sub-suku dayak di pedalaman kalimantan yang memiliki kisah legenda yang begitu
banyak dan sayang jika dilupakan.
Ini dia yang baju merah merupakan pameran utama dari film ini |
Siung
Mangkuwungan merupakan suatu kisah legenda dayak maanyan yang baru saja saya
saksikan penayangannya di Palangka Raya tepatnya di SkatePark Tunjung Nyaho.
Film ini disutradarai oleh Bpk.
Ariantho Muller yang juga dikenal sebagai wakil ketua DPRD Kabupaten Barito
Timur.
Sebagai pecinta
seni saya amati beliau ini memiliki jiwa seni yang tinggi terlihat dari
postingan di facebook beliau, sehingga memiliki komunitas Nansarunai Jaya yang
juga menjadi rumah produksi untuk film Siung Mangkuwungan, begitulah kira-kira.
Film ini memiliki latar di sebuah
desa di Pedalaman Kalimantan “Eteen”, yang konon merupakan cikal-bakal
keturunan dari sub-suku Dayak Maanyan Banua Lima – Paju Sapuluh
Oke guys, film ini dimulai dengan
adegan pengakuan orang tua dari sang tokoh utama Siung Mangkuwungan yang baru
memberitahu bahwa mereka sebenarnya bukan orang tua kandungnya, namun orang tua
angkat mereka, walaupun Siung sebenarnya kecewa namun Ia menerima pengakuan orang tuanya ini dan bahkan
berterimakasih karena sudah memeliharanya hingga dewasa.
Scene kemudian
dilanjutkan dengan perkenalan seorang tokoh perempuan bernama “Puney” yang
merupakan gadis desa idaman para laki-laki di Desa Eteen, serta juga “Jalung”
dan kawan-kawannya yang merupakan tokoh antagonis di film ini.
Kalau ini bersama pameran "Munuk" yang membuat kita tertawa |
Di bagian awal film kita bisa
melihat bagaimana pribadi Siung terbentuk dari didikan Ayahnya yang ahli dalam
bela diri serta diajarkan untuk menjadi pria yang gagah berani, kemudian Ia
diijinkan untuk pergi ke Desa Eteen yang merupakan tempat pamannya tinggal.
Di Desa Eteen inilah cerita ini
dibangun bagaimana kehadiran Siung menjadi pemikat hati bagi Puney terlihat
ketika Siung menyelamatkan Puney dari
Jalung yang memaksakan Puney untuk menjadi kekasihnya, memang ya cinta
itu jangan dipaksakan. Hehehe
Kehadiran Siung untuk pertama
kalinya membuat Jalung tidak suka karena merasa Siung ikut campur dengan
urusannya dengan Puney, merasa tidak terima Jalung kemudian berkelahi dengan
Siung, nah disinilah adegan menegangkan terjadi ditambah slow motion yang membuat
penonton pasti terkesima. Ya, pastinya Jalung menaruh dendam karena Ia
dikalahkan didepan gadis pujaannya sendiri, nah disinilah dimulai kisah asmara
antara Jalung dan Siung. Dan jangan lupa dengan si “Munuk” yang membuat kita
tertawa sepanjang film.
Sepanjang film kita
akan dimanjakan oleh pesona tarian dan ritual khas dayak maanyan dan juga alam
Barito Timur yang indah dan memikat, dan untuk saya juga baru tahu kalau nenek
moyang kami dulu sangat memegang teguh adat dimana acara berdamai saja harus
melakukan ritual.
Well, film ini
menurut saya untuk ukuran film daerah dengan ciri khas drama pada umumnya,
dengan balutan budaya adat Dayak Maanyan serta alam Barito Timur yang indah,
sangat layak untuk ditonton oleh generasi muda Indonesia khususnya Anak-anak
Dayak Maanyan yang saya lihat kepeduliannya terhadap kebudayaan semakin
tergerus oleh zaman.
Sahabat lama saya ternyata menjadi salah satu | casting antonis di film ini |
Satu hal yang
saya tangkap dari film ini adalah cinta dan takdir selalu bersanding dimana
ketika kita menemukan cinta sejati, maka takkan pernah ada yang bisa memisahkan
kita dengan dia.
Selamat Menonton...
Adams Sophiano
Saya atas nama tim di balik layar siung mangkuwungan sangat berterima kasih atas artikelnya mas..keren.., sukses utk anda.
BalasHapusTtd Raden Ari SttS.
Sama2, trimakasih sudah membaca artikel saya.
HapusDitunggu karya selanjutnya