Pohon
mangga disebelah rumahku sudah berbunga itu tandanya akan berbuah, namun pohon
mangga itu masih kecil dan belum besar, tinggi dan lebat, tak seharurnya ia
berbuah, kalau berbunga pasti buahnya kecil dan tak bisa dimakan, namun ia
begitu percaya dengan dirinya bahwa ia akan menghasilkan buah yang besar dan
manis dengan ukuran pohon yang belum dewasa.
Sore itu
selepas aku menyiram pohon mangga itu, aku sedikit bertanya dengan bahasa yang
sudah ku pelajari
“Hai,
mangga yang sombong, mengapa kau PD sekali belum tumbuh besar saja kau sudah
berbunga, kau kan juga bukan cangkokan?”
Kemudian
pohon mangga itu menjawab dengan bahasa yang sebenarnya tidak sepenuhnya aku
mengerti, mungkin sekilas aku bisa mengartikan bahasanya, kalau tidak salah
dengar
“Aku
hanya ingin tumbuh saja lebih cepat, aku ingin sekali menjadi yang pertama
diantara mereka yang seumuran denganku”
Aku
sesekali tertawa, mengapa pohon mangga ini juga berbicara berat seperti Plato
yang bercakap-cakap dengan muridnya yang begitu bijak.
Setiap
hari aku jadi terenyuh dan sedikit bersimpati dengan kepercayadirian pohon
mangga itu, ia tidak pernah layu walau sesekali aku sengaja tidak menyiramnya,
aku ingin melihat bagaimana dia berkomitmen dengan hasil yang dia harapkan.
Suatu
hari ketika saat aku harus pindah dan menjual rumah yang ku tempati ini, menyisakan pohon disekeliling
rumahku termasuk pohon mangga itu, masalahnya aku belum sama sekali melihat bunga itu
berubah menjadi buah.
Hingga pada suatu ketika saat aku tidak menempati rumah
itu, aku mendengar berita ada sebuah pohon mangga yang viral karena
menghasilkan buah yang begitu besar dan manis padahal pohon itu masih kecil,
seperti tebakanku bahwa pohon yang viral itu adalah pohon mangga dipinggir
rumahku dulu, hingga banyak orang mulai mencari bibit dari biji buah yang
dihasilkan pohon mangga itu.
Aku ikut
senang mendengarnya, padahal awalnya aku meremehkan, kemudian ku percayai,
namun aku tinggalkan dia bersama rumahku, namun lagi-lagi ada hal yang terjadi
kembali, ku dengar pohon mangga itu tak berbuah lagi, banyak orang sudah
meninggalkan pohon mangga itu, memang bibitnya sudah menyebar kemana-mana,
karena penasaran aku mengunjungi pohon mangga yang dulunya viral itu, aku
terkejut ketika melihat ia lesu, layu hanya tersisa 2 daun hijau, ya walaupun
ukuran pohonnya sudah agak besar dan tinggi.
“Kau
masih ingat aku?” aku langsung bertanya
Ia tidak
menjawab hanya tersenyum dengan tangisan yang ia sembunyikan,aku bisa
membacanya Pohon Mangga itu , ia semakin lesu kulihat umurnya tak lama lagi
akan mati
Ya Tuhan
aku sebenarnya tidak tega melihatnya, padahal dalam hatiku berteriak
“Itu hanya
Pohon Mangga!”
Aku
menyaksikannya 2 hari berturut-turut ia layu, mati dan kering, peristiwa itu
membekas bagiku, sehingga mencetuskan aku untuk membeli rumah itu lagi, dengan
segala niatku untuk menanam pohon-pohon yang menghidupkan segala hal tentang
cinta.
Cerita oleh : Adams Sophiano
Cerita oleh : Adams Sophiano
Tidak ada komentar:
Posting Komentar