DC kembali ke jati diri awal yaitu komitmen untuk membuat ciri khas filmnya yang Dark dan Kelam, tengoklah film-film terdahulunya seperti The Dark Knight dan Batman V Superman.
Namun, pada film ini
saya lebih suka menyebutnya “Psychologi-Thriller Movie” daripada Superhero atau
Anti-Hero dan Supervillain Movie seperti tema film superhero yang banyak
digandrungi pecinta Marvel di seluruh dunia.
Awalnya saat di umumkan
proyek film Joker oleh DC dan WB Pictures ini sangat mengecewakan bagiku yang
adalah penyuka film Superhero DC, bahkan mungkin seluruh Superhero Lovers di
seluruh dunia, karena studio raksasa hollywood tersebut tidak fokus membangun
Universe DC yang sudah eksis di-isi oleh pahlawan super yang tergabung dalam
Justice League mulai dari film Man of Steel, Batman V Superman, Wonder
Woman,dan lain-lain. Dan lebih anehnya lagi peran Joker diambil alih oleh
pemeran baru yang dimana kita ketahui bahwa peran Joker di DC Extended Universe
adalah Jared Leto yang sudah bermain di Suicide Squad, dan ternyata mereka akan
membuat film stand-alone tanpa ada hubungan dengan dunia DC yang sudah eksis,
HMMMM. Mimpiku untuk menyaksikan adegan Joker vs Batman harus dikemanakan?
Tetapi setelah mendapat
kabar bahwa yang akan memerankan Musuh Iconic Batman ini adalah Joaquin Phoenix
dan sutradaranya dipegang oleh Todd Philips, aku mulai kembali tertarik untuk
mengulik kembali film ini, Hmmm siapa sih yang menyangkal akan totalitas Joaquin
Phoenix di film-film yang pernah ia perankan, seperti di film Her, Gladiator
dan Irrational-Man. Dan juga Todd Philips yang terkenal dengan ‘The Hangover’
yang berhasil membuatku terbahak-bahak.
Well, film ini adalah
The Origin dari Joker, dimana kita akan menyaksikan kisah-kisah pilu kehidupan
si Arthur Fleck nama asli Joker di film ini, yang hidupnya terlunta-lunta,
dengan latar belakang Kota Gotham yang sangat kacau karena manusia-manusianya
yang dipenuhi kebobrokan akan rasa kemanusiaan.
Arthur Fleck adalah
manusia biasa, hidup miskin bersama ibunya di apartemen yang kumuh, ia bekerja
sebagai badut, ia juga memiliki penyakit namanya “Pathological Laughter and
Crying” atau disingkat PLC, yaitu penyakit saraf yang menyebabkan seseorang
tertawa dan menangis secara tiba-tiba, sungguh menakutkan sekali ya, apalagi
ketika ia sering dibully oleh banyak masyarakat di kota Gotham membuat kita
bersimpati pada tokoh ini, ia juga bermimpi menjadi Stand-Up Comedy karena
ibunya selalu memotivasi bahwa ia memiliki alasan di dunia ini yaitu membuat
orang lain tertawa, namun nyatanya ialah yang menjadi bahan tertawaan dan
cercaan orang banyak dipicu juga oleh acara di tv yang dibawa oleh Murray
Franklin.
Aku bisa membayangkan
bagaimana hidup seperti tokoh Joker, hidupnya berantakan, dan secara
mengejutkan bahwa ia bukan anak asli ibu tapi merupakan anak pungut yang
diadopsi oleh wanita gila yang juga mengakui bahwa itu adalah hasil cinta
antara ia dengan Thomas Wayne, majikannya saat bekerja di Puri Wayne. Seakan
kita mengerti bahwa dunia ini tidak adil, bahkan kita tidak mengetahui untuk
apa sebenarnya kita dilahirkan, bahkan mungkin kehidupan Joker itu sendiri
tidak diinginkan oleh siapapun dan hidup untuk apapun.
Joker membuka banyak mata masyarakat Gotham yang hidup dalam dendam kepada orang-orang kaya yang menindas, ketika ia membunuh 3 orang karyawan Wayne Enterpries di Kereta Api karena menganggu dan menganiayanya di kereta, semua orang tersadar dan membuat gerakan untuk membalas dendam kepada orang-orang kaya yamg terinspirasi dari Kejadian Joker di Kereta.
Puncaknya adalah ketika
Joker melampiaskan semuanya pada dunia yang menyakitinya yaitu di bagian
terakhir film, ketika Joker sudah tidak memiliki apa-apa di dunia, dan tidak
tahu melakukan apa, yang ia tahu ia tidak merasa bahagia sepanjang hidupnya,
hidupnya tragis, hidup yang ia sadari adalah sebuah komedi belaka, yang orang
lain tertawakan dan tidak perdulikan, dan apa yang membuat ia bahagia dan
memiliki tujuan hidup adalah saat ia bisa membunuh mereka yang baginya adalah
orang jahat.
Overall, ini salah satu
film terbaik yang ku tonton di tahun ini, dengan pengembangan cerita yang apik
dan akting hampir semua tokoh di film ini sangat mumpuni, scoring oleh Hildur
Cudnadottir membuat kita ikutan mengalami kehidupan kelam, dan pengambilan
gambar yang sangat mendukung latar belakang kehidupan Joker dan Kota Gotham. Apalagi
dengan kehadiran aktor favoritku “Robert de Niro” sebagai Murray Franklin.
Memang pantas film ini mendapat Singa Emas di Venice Film Festival beberapa
waktu lalu.
Ini bukan film
Superhero/Anti-Hero/Anti-villain yang penuh dengan action dan adegan berkelahi
tetapi film Psikologi-Thriller isinya hanya drama kehidupan seorang yang
mengharapkan hidupnya bahagia, dan membuat kita paham apa latar belakang orang
menjadi gila, jahat dan menyakiti orang lain, mungkin ia menolak apa yang dunia
takdirkan pada dirinya, mungkin ia sudah lelah karena tidak ada yang memahami
orang lain, karena sejatinya banyak orang hanya memikirkan dirinya sendiri.
Walaupun hidup memang adalah pilihan, tetapi terkadang memutuskan suatu pilihan
tidak semudah apa yang motivator pikirkan.
Terkait banyak sekali
kontroversi di luar sana mengenai film ini, yaitu dampak negatif dari film ini,
emosi negatif yang dipancarkan, aku hanya ingin berkomentar bahwa segala hal di
dunia ini berdasarkan respon yang kita tangkap, film ini bisa jadi petaka atau
pelajaran bagi kita, bagian petakanya kita menganggap bahwa diri kita adalah
Arthur Fleck yang tragis hidupnya tidak jauh dari bosan akan bullian
masyarakat, maka kita dapat meniru dan mengambil referensi dari film ini, dari
hal ini sudah sepatutnya SALAH, apapun yang Arthur ambil dalam kondisi di
hidupnya di film tersebut adalah tidak benar, mengapa ? karena ia tidak
memiliki pegangan dalam kehidupannya sehingga ia tidak memiliki prinsip dalam
hidup, ia tidak tahu bahwa hidup ini ada dan nyata, ia sudah berada di
kehidupan yang kejam, oleh karena itu saya sarankan untuk Arthur segera pindah
dari kota Gotham ke kota Palangka Raya karena disini ada banyak orang yang
peduli dan mendengar akan pikiran negatifmu. Pelajaran yang bisa kita ambil
dari film ini adalah bahwa diluar sana masih banyak orang yang memiliki
pikiran-pikiran yang memiliki risiko untuk menjadi mental illness, sehingga
dapat membahayakan dirinya dan masyarakat, buka mata dan telinga untuk peduli
dan mendengar.
Bagiku film adalah film, bentuk lain dari seni, tergantung dari kita dari sisi mana kita ambil nilai dari apa yang kita rasakan dari film yang kita nikmati.
Bagiku film adalah film, bentuk lain dari seni, tergantung dari kita dari sisi mana kita ambil nilai dari apa yang kita rasakan dari film yang kita nikmati.
Sisi kelam dalam film
ini bukan bermaksud membukakan kejahatan tetapi bagaimana kenyataan seorang
satu manusia yang jika diabaikan dari lingkungan masyarakat maka akan menjadi
penyakit masyarakat itu sendiri.
Best scene :
Joker berjoget ditangga, it's very iconic and memorable scene
Joker and Murray Franklin di final scene
Qoutes favorite
"I used to think my life was tragedy, but now i realized it's a comedy"
Best scene :
Joker berjoget ditangga, it's very iconic and memorable scene
Joker and Murray Franklin di final scene
Qoutes favorite
"I used to think my life was tragedy, but now i realized it's a comedy"
Rating untuk film ini
adalah 9/10.