Masalah
terbesar manusia adalah rasa takut.
Takut
karena belum menerima keadaan yang dibawa dari masa lalu
Takut
pada masa depan yang belum datang
Atau
takut pada sesuatu yang tidak kita mengerti
Begitulah
pesan yang saya tangkap ketika menonton film yang bertajuk ‘It’, hanya terdiri
dari 2 kata yang mungkin merujuk pada wujud menyeramkan dari badut misterius
yang bernama Pennywise. Sebenarnya saya tidak menyukai film yang berbau horor
namun karena rasa penasaran saya dengan “Stephen King” yang menjadi dasar film ini, saya rela
menyisihkan waktu untuk menonton apalagi dengan beban yang sudah agak lumayan
ringan karena sidang skripsi yang sudah selesai aku hadapi.
Adegan
pada film ini dimulai dengan Billy seorang anak remaja yang memiliki adik yang
sangat disayanginya, Georgi. Pada awalnya, penonton dibawa kedalam nuansa yang
mencekam ketika masuk dalam suasana rumah yang sepi, Sang Adik kemudian dibuatkan
sebuah kapal untuk bermain ketika hujan deras turun, singkat cerita ketika
Georgi bermain di luar rumah yang saat itu hujan ia kemudian bertemu dengan
badut di kolong saluran air, yang saat itu Badut tersebut merayu Georgi untuk
mengambil perahunya, namun yang terjadi sosok badut Pennywise tersebut
menggigit lengan Georgi sampai terputus hingga akhirnya ia dibawa badut kedalam
saluran air tersebut.
Dari
situlah kita diperkenalkan pada sosok menyeramkan yang menjadi sentral dalam
film ini, tampang yang menakutkan serta mahir meneror anak-anak di kota
tersebut. Film ini dilanjutkan dengan sekelompok anak-anak remaja yang akrab ,
mereka menjuluki kumpulan Pecundang karena anak-anak yang tak pandai bergaul
dan selalu menjadi bahan bully-an teman-teman satu sekolahnya. Sepanjang awal
hingga pertengahan film kita akan menyaksikan karakter-karakter yang dibangun
secara apik, latar belakang mereka dan juga teror dari badut pennywise yang
mereka hadapi, yang bisa berubah wujud menjadi apapun yang ia inginkan.
Teror badut yang selalu mengganggu keseharian
mereka, memicu berbagai macam persoalan hingga mereka bersepakat untuk
menelusuri siapa badut in?. Ben Hanscom adalah anak baru yang selalu dibully
oleh anak-anak nakal di sekolah tersebut menjadi tokoh penting disini karena
berkat ketekunannya, ia kemudian tak sengaja menemukan bencana misterius yang
berhubungan dengan badut, dari sinilah mereka mulai menelusuri misteri badut
ini, walaupun akhirnya usaha mereka memiliki tantangan karena rasa takut mereka
sendiri.
Setiap
tokoh anak di dalam film ini, tergambar memiliki rasa takut tersendiri, dari
sinilah hantu ini memanfaatkan ketakutan mereka agar si badut dapat bertahan
hidup dan mengambil kekuatannya.
Menurut
saya, film ini direkomendasikan sekali bagi pecinta film horor yang terbiasa
dengan sensasi horor yang berlebihan, bagi saya kekuatan film ini bukan hanya
ada di ke-seram-an seperti pada film The Conjuring, Insidious, Saw, dan
lain-lain, namun bagaimana penokohan yang dibangun dengan apik kemudian
penonton dibawa untuk merasakan rasa takut yang dialami oleh anak kecil,
bagaimana mereka dikucilkan, dilecehkan dengan perbuatan asusila, atau merasa
kesepian, semua itu dibalut dengan joke yang agak kasar untuk seukuran anak
kecil oleh karena itu dikategorikan kepada umur diatas 17 tahun.
Di
setiap film yang saya tonton saya selalu mencari pesan dari si pembuat film
kepada kita, karena dari situlah saya menyukai sebuah film, disamping juga alur
cerita yang filosopis.
Ya,
Rasa Takut yang tergambar dari film ini menjadi satu pesan yang saya ambil,
rasa takut itu manusiawi, dan disetiap manusia selalu ada hal yang ditakutkan
entah pada sesuatu atau semacamnya, dengan begitu bisa berdampak besar bagi
kehidupan kita. Namun, rasa takut kita ada baiknya dikendalikan dengan rasa
percaya kepada diri sendiri, kepada alam semesta, dan kepada Sang Pengasih,
karena disetiap cobaan dan tantangan adalah suatu berkat dari anugrah yang
memiliki alasan besar untuk kehidupan kita.
A.Soph
20
September 2017